MAKALAH
KARAKTERISTIK
DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOMOTORIK REMAJA
SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
DOSEN
PEMBIMBING : SITI QOMARIYAH, S.Pd., M.Pd.
OLEH:
KIKI
WIRANTIKA
MARIA
PUTRIYANA DEWI
STKIP
TUNAS PALAPA
LAMPUNG
TENGAH
2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kita semua. Berkat partisipasi dan informasi yang penulis
peroleh, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Karakteristik dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik dan Psikomotorik serta
Implikasinya dalam Pendidikan. Penulis
menyadari masih banyak terdapat kekurangan baik dalam penulisan, tata bahasa,
juga dalam pembahasan materi dalam makalah ini.Sebab kami dari penulis masih
dalam pembelajaran. Sebelumnya
penulis mohon maaf bila terdapat
kesalahan nantinya, harapan kami semoga makalah ini dapat menambah ilmu dan wawasan bagi pembaca dan
tentunya bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari bagi kita semua.
Lampung
Tengah, 06 November 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................................ ii
DAFTAR
ISI...................................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar
Belakang.............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan
Masalah.......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................................................ 3
1.4 Manfaat......................................................................................................................... 3
BAB
II PEMBAHASAN................................................................................................... 4
2.1
Perkembangan Ontogeni dan Perkembangan Filogeni.................................................. 4
2.2
Hukum-Hukum Pertumbuhan dan Perkembangan......................................................... 6
2.3 Teori
Hierarki Kebutuhan dengan Piramida Hirarki Kebutuhan Maslow..................... 7
2.4
Perkembangan Fisik dan Perkembangan Psikomotorik Remaja.................................... 11
2.5 Implikasi Perkembangan Fisik dan Psikomotorik
dalam Pendidikan........................... 17
BAB
III PENUTUP............................................................................................................ 18
3.1
Kesimpulan.................................................................................................................... 18
3.2
Saran.............................................................................................................................. 19
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pada
dasarnya,perkembangan merujuk kepada perubahan sistematis tentang fungsi-fungsi
fisik dan pisikis. Perubahan sistematik tentang fungsi-fungsi fisik dan psikis.
Perubahan fisik seperti perkembangan biologis sebagai dasar konsepsi, dan hasil
dari interaksi biologis dan genetika dengan lingkungan. Sedangkan perubahan
psikis menyangkut keseluruh karakteristik psikologis individu, seperti
perkembangan kognitif, emosi, sosial, dan moral. Karakteristik perkembangan
fisik pada masa kanak-kanak (0-5 tahun). Perkembangan kemampuan fisik pada anak
kecil ditandai dengan mulai mampu melakukan
bermacam-macam gerakan dasar yang semakin baik, yaitu gerakan-gerakan
berjalan, berlari, melompat dan meloncat, berjingkrak, melempar, menangkap,
yang berhubungan dengan kekuatan yang lebih besar sebagai akibat pertumbuhan
jaringan otot lebih besar. Selain itu perkembanagn juga ditandai dengan
pertumbuhan panjang kaki dan tangan secara proporsional. Perkembangan
fisik pada masa anak ditandai dengan koordinasi gerak dan keseimbangan
berkembang dengan baik. Masa dewasa, yang merupakan masa tenang setelah
mengalami berbagai aspek gejolak perkembangan pada masa remaja. Selain itu,
kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam
bulan,disaat itu mereka telahmampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan
anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku
lainnya, sepeti marah dan kasih sayang seiring berkembangnya dalam segi fisik
dan psikomotor. Oleh karena itu, masa dewasa merupakan masa pematangan
kemampuan dan karakteristik yang telah dicapai pada masa remaja. Interaksi
dengan orang lain, tidak hanya dialami anak dilingkungan keluarga . proses
pembelajaran disekolah mau tidak mau pasti dipengaruhi oleh substansi-substansi
seperti kurikulum pengajar atau guru, lingkungan belajar dan evaluasi. Sering
kali kita lupa dengan substansi-substansi ini dalam mendesain sesuatu
pembelajaran. Desain
pembelajaran adalah tata cara yang dipakai untuk melaksanakan proses
pembelajaran. Dalam mendesain pembelajaran guru harus memperhatikan substansi
ini agar siswa mengalami proses belajar dan akhirnya memperoleh hasil belajar yang
menyenangkan. Oleh karna itu guru harus melihat,
memperhatikan,mempertimbanagkan dan memprioritaskan tentang ciri siswa atau
p[eserta didik, tujuan yang akan dicapai, materi, pendekatan atau metode yang
digunakan, lingkungan belajar dan evaluasi. Peserta
didik adalah organisme yang unik dan berkembang sesuai dengan tahap
perkembangan. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadian
akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak tidak sama. Proses
pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan dan pertumbuhan anak yang
tidak sama itu, disamping karakteristik yang melekat pada diri anak, seperti
sikap, penampilan, pemahaman, dan latar belakang. Sebagai seorang guru,sangat
perlu memahami pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta
didik meliputi: perkembanagn fisik, perkembangan psikomotorik, dan perkembangan
intelektual. Perkembangan fisik dan perkembangan psikomotorik mempunyai
konstribusi yang kuat terhadap perkembangan intelektual/kongnitif siswa. Rancangan pembelajaran yang konduktif akan
mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat meningkatkan
proses dan hasil pembelajaran yang diinginkan.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, penyusun merumuskan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan perkembangan ontogeni dan perkembangan filogeni?
2. Apa
saja hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan?
3. Apa
pula yang di maksud dengan perkembangan fisik dan perkembangan psikomotorik remaja?
4. Bagaimana
pengaruh perkembangan fisik dan psikomotorik terhadap tingkah anak, remaja, dan
dewasa?
5. Mengapa
dan bagaimana perkembangan fisik dan psikomotorik pada peserta didik
berpengaruh dalam penyelenggaraan pendidikan?
1.3
Tujuan
Sejalan dengan rumusan
masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan:
1. Mengetahui
perkembangan ontogeni dan perkembangan filogeni
2. Mengetahui
hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan
3. Mengetahui
teori
hierarki kebutuhan dengan piramida hirarki kebutuhan Maslow
4. Mengetahui
perkembangan fisik dan perkembangan psikomotorik remaja
5. Mengetahu
implikasi perkembangan fisik dan psikomotorik dalam pendidikan
1.4
Manfaat
Manfaat dari pembuatan
makalah ini adalah:
1. Memberi
gambaran tentang perkembangan ontogeni dan perkembangan filogeni
2. Memberi
gambaran tentang hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan
3. Memberi
gambaran tentang perkembangan fisik dan psikomotorik peserta didik beserta
fakta-fakta yang mempengaruhinya.
4. Memberi
gambaran tentang bagaimana proses pembelajaran yang tepat sesuai dengan tahapan
perkembangan peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Ontogeni dan Perkembangan Filogeni
1.
Perkembangan
Ontogeni Perkembangan
ontogeni ialah perkembangan yang terjadi pada suatu individu mulai dari pertama
kali terbentuk yakni zigot (sebagai hasil fertilisasi), lalu berkembang menjadi
embrio, fetus, lahir, pubertas, dewasa lalu mati. Sedangkan perkembangan
filogeni mempelajari perkembangan makhluk hidup secara bertahap mulai dari
makhluk hidup tingkat rendah (satu sel) sampai kepada makhluk hidup tingkat
tinggi (multi sel). Dengan demikian embriologi termasuk bagian dari
perkembangan individu atau ontogeni.Kita saat ini masing-masing berada di salah
satu tahapan dari perkembangan ontogeni. Saat ini ada yang baru saja lahir, ada
yang di usia balita, ada yang sudah pubertas, ada yang dewasa atau bahkan sudah
tua. Tidak ada satupun dari kita yang tahu apakah ia akan menyelesaikan seluruh
tahapan dari ontogeni tersebut ataukah terhenti di salah satunya lalu menemui
kematian. Kebanyakan manusia menganggap kematian adalah akhir dari perkembangan
ontogeni. Jika benar, rasanya tentu tidak adil karena ada yang mati muda dan
ada pula yang mati ketika sudah tua renta. Keadilan tentu bisa diperdebatkan
dan tidak akan kunjung selesai. Akan tetapi, hanya sedikit yang menyadari bahwa
ada satu tahapan ontogeni lagi yang akan dan pasti dilalui oleh setiap manusia.
Yaitu kehidupan setelah kematian, kebangkitan setelah seluruh tulang belulang
berserakan didalam tanah. Jika kita bisa dengan mudah mempercayai bagaimana
kita bisa tercipta pertama kalinya sampai dengan bentuk kita yang sekarang ini,
lalu kenapa kita teramat sulit mempercayai penciptaan yang kedua kalinya ketika
tulang-belulang tadi dikumpulkan dan dibangkitkan?. Meyakini
kehidupan setelah kematian dimana semua amal perbuatan akan
dipertanggungjawabkan merupakan bentuk keadilan yang hakiki. Kita tentulah
tidak akan dimintai pertanggungjawaban ketika akal dan jasad kita belum
sempurna atau sebaliknya ketika sudah tua renta lupa ingatan, akan tetapi kita
akan mempertanggungjawabkan setiap detik dari kehidupan kita, setiap gerak
langkah dan tarikan nafas kita ketika kita telah memasuki tahapan pubertas (akil
baligh), suatu pertanda tidak saja kemampuan reproduksi telah sempurna, akan
tetapi akal pikiran juga telah bisa menentukan pilihan yang benar dan yang
salah. Dan pertanggungjawaban itu akan kita lakukan di tahapan akhir dari
perkembangan ontogeni, yang setiap individu pasti akan mengalaminya, tidak speduli
ia hanya melewati sebagian dari tahapan sebelumnya atau telah melewati seluruh
dari tahapan ontogeni sebelumnya. Dengan pemahaman perkembangan
ontogeni yang lebih lengkap ini, tentu kita tidak saja diminta berhati-hati
didalam setiap tindak-tanduk amal perbuatan kita tetapi juga diminta untuk
menyelaraskan tindak-tanduk amal perbuatan tadi sesuai dengan maksud dan tujuan
dari penciptaan kita, manusia. Dan untuk itu, kita telah dilengkapi dengan
seluruh anggota badan dan panca indera termasuk akal pikiran dan hati sanubari
agar kita bisa mencari “kebenaran”, melaksanakan “kebenaran”, dan akhirnya
mempertanggungjawabkan “kebenaran” tersebut.
2.
Perkembangan
Filogeni Dalam biologi, filogeni atau filogenesis adalah
kajian mengenai hubungan di antara kelompok-kelompok organisme yang dikaitkan
dengan proses evolusi yang dianggap mendasarinya. Istilah
“filogeni” dipinjam dari bahasa Belanda, fylogenie, yang berasal
dari gabungan kata bahasa Yunani Kuna yang berarti “asal-usul suku, ras”.
Hubungan tersebut
ditentukan berdasarkan morfologi hingga DNA. Filogeni sangat diperlukan dalam
mempelajari proses evolusi dan penyusunan taksonomi. Evolusi sendiri dapat diartikan
sebagai perubahan yang berangsur-angsur dari suatu organisme menuju kepada
kesesuaian dengan waktu dan tempat. Jadi evolusi sendiri merupakan proses
adaptasi dari suatu organisme terhadap lingkungannya. Filogeni tidak
sepenuhnya sama dengan kladistika (sistematika filogenetik), namun banyak
menggunakan metode-metode dan konsep yang dipakai di dalamnya. Kladistika
banyak dipakai untuk merumuskan keterkaitan filogenik dalam bentuk diagram
pohon, namun di dalam filogeni dipelajari pula anatomi perbandingan dari
berbagai organisme.
1. Metode
Penyusunan Filogeni
a. Fenetik Metodepenyusunan
filogeni dengan pendekatan analisa numerik. Pendekatan tersebut meliputi
penghitungan Indeks ketidaksamaan, Indeks keanekaragaman, Anaisa pola
dan berbagai indeks yang lain. Dalam pendekatan fenetik semua
subyek dan faktor yang dianalisispunya kedudukan yang sama.
b. Kladistik Metode
ini muncul atas dasar pemikiran bahwa proses alamiah akan selalu
mengambil jalan yang paling singkat. Dalam kladistik setiap ciri fisik
mempunyai tingkatan yang berbeda.
2.
Metode Identifikasi
a.
Morfologi. Pendekatan morfologi berupa
deskriptif kualitatif. Meliputi bentuk tubuh, struktur yang biasanya
berkembang, dan sebagainya.
b. Biometri.
Pendekatan
secara kuantitatif, yaitu berdasarkan ukuran tubuh dari suatu organisme.
2.2 Hukum-Hukum Pertumbuhan
dan Perkembangan Hukum pertumbuhan dan perkembangan adalah suatu
kecenderungan umum dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia, yang
mempengaruhi karakteristik setiap individu. Adapun hukum-hukum perkembangan
adaah sebagai berikut :
1. Hukum Cephalocoundal Menyatakan
bahwa pertumbuhan fisik dimulai dari kepala kearah kaki. Bagian pada kepala
tumbuh terlebih dahulu daripada bagian-bagian lain. Misalnya kepala bayi yang
baru lahir tumbuh lebih “matang” daripada bagian tubuh lainnya.
2. Hukum
Proximodistal Menyatakaan
bahwa pertumbuhan fisik berpusat pada sumbu dan mengarah ke tepi. Alat-alat
tubuh yang berada di pusat, seperti jantung, hati, dan alat-alat pencernaan
lebih dahulu berfungsi daripada yang ada di tepi.
3. Perkembangan terjadi dari Umum ke Khusus Menyatakaan
bahwa proses perkembangan yang dimulai dari hal-hal yang umum, kemudian sedikit
demi sedikit meningkat ke hal-hal yang lebih khusus. Seperti yang dikemukakan
oleh Werner bahwa anak lebih dahulu mampu menggerakkan lengan atas, lengan
bawah, tepuk tangan terlebih dahulu daripada menggerakan jari-jari tangannya..
4. Perkembangan Berlangsung dalam
tahapan-tahapan Perkembangan Menyatakaan bahwa dalam proses
perkembangan terjadi tahapan yang terbagi ke dalam masa-masa perkembangan,
dimana di setiap masa perkembangan terdapat ciri-ciri perkembangan yang
berbeda. Contoh penahapan pada manusia antara lain meliputi masa pra-lahir, masa
jabang bayi (0-2 minggu), masa bayi (2-1 bulan), masa pra-sekolah (1-5 tahun),
dan seterusnya.
5. Hukum Tempo dan Ritme Perkembangan Menyatakan
bahwa tahapan perkembangan berlangsung secara berurutan, terus menerus, dan
dalam tempo perkembangan yang relatif tetap serta berlaku umum. Perbadaan cepat
lambatnya suatu penahapan perkembangan menampilkan perbedaan individual, tidak
banyak yang bisa dilakukan guru atau orangtua untuk mempercepat atau
memperlambat tempo dan irama perkembangan tersebut.
2.3
Teori
Hierarki Kebutuhan dengan Piramida Hirarki Kebutuhan Maslow
1. Teori Hirarki Kebutuhan Konsep hierarki kebutuhan dasar ini bermula ketika
Maslow melakukan observasi terhadap perilaku monyet.
Berdasarkan pengamatannya, didapatkan kesimpulan bahwa beberapa kebutuhan lebih
diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan yang lain. Contohnya jika individu merasa haus, maka individu akan
cenderung untuk mencoba memuaskan dahaga. Individu dapat hidup tanpa makanan
selama berminggu-minggu. Tetapi tanpa air, individu hanya dapat hidup selama
beberapa hari saja karena kebutuhan akan air lebih kuat daripada kebutuhan akan
makan. Kebutuhan-kebutuhan ini sering disebut Maslow sebagai
kebutuhan-kebutuhan dasar yang digambarkan sebagai sebuah hierarki atau tangga
yang menggambarkan tingkat kebutuhan. Terdapat lima tingkat kebutuhan dasar,
yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri
Maslow memberi hipotesis bahwa
setelah individu memuaskan kebutuhan pada tingkat paling bawah, individu akan
memuaskan kebutuhan pada tingkat yang berikutnya. Jika pada tingkat tertinggi
tetapi kebutuhan dasar tidak terpuaskan, maka individu dapat kembali pada
tingkat kebutuhan yang sebelumnya. Menurut Maslow, pemuasan berbagai kebutuhan
tersebut didorong oleh dua kekuatan yakni motivasi kekurangan (deficiency
motivation) dan motivasi perkembangan (growth motivation). Motivasi
kekurangan bertujuan untuk mengatasi masalah ketegangan manusia karena berbagai
kekurangan yang ada. Sedangkan motivasi pertumbuhan didasarkan atas kapasitas
setiap manusia untuk tumbuh dan berkembang. Kapasitas tersebut merupakan
pembawaan dari setiap manusia.
2. Piramida Hierarki Kebutuhan Maslow
a. Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri
Tingkatan
terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi
diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan
keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi. Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai
hasrat untuk semakin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa
saja menurut kemampuannya. Awalnya Maslow berasumsi bahwa kebutuhan untuk
aktualisasi diri langsung muncul setelah kebutuhan untuk dihargai terpenuhi. Akan
tetapi selama tahun 1960-an, ia menyadari bahwa banyak anak muda di Brandeis memiliki pemenuhan yang cukup
terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih rendah seperti reputasi dan harga diri,
tetapi mereka belum juga bisa mencapai aktualisasi diri.
b. Kebutuhan Akan Penghargaan
Setelah
kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi, manusia akan bebas untuk mengejar
kebutuhan akan penghargaan. Maslow menemukan bahwa setiap orang yang memiliki
dua kategori mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah
dan lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati
orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi. Kebutuhan yang tinggi adalah
kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi,
penguasaan, kemandirian dan kebebasan. Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan
untuk dihargai, mereka sudah siap untuk memasuki gerbang aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi yang ditemukan
Maslow.
c. Kebutuhan Akan Rasa Memiliki Dan
Kasih Sayang
Jika
kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka
muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki.
Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi dorongan untuk bersahabat, keinginan memiliki
pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga dan kebutuhan
antarpribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta. Seseorang yang
kebutuhan cintanya sudah relatif terpenuhi sejak kanak-kanak tidak akan merasa
panik saat menolak cinta. Ia akan memiliki keyakinan besar bahwa dirinya akan
diterima orang-orang yang memang penting bagi dirinya. Ketika ada orang lain
menolak dirinya, ia tidak akan merasa hancur. Bagi Maslow, cinta menyangkut
suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap
saling percaya. Sering kali cinta menjadi rusak jika salah satu pihak merasa
takut jika kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya. Maslow juga
mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta
yang menerima. Kita harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya,
menciptakannya dan meramalkannya. Jika tidak, dunia akan hanyut ke dalam
gelombang permusuhan dan kebencian.
d. Kebutuhan Akan Rasa Aman
Setelah
kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncullah apa yang
disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan
akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari
daya-daya mengancam seperti perang, terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya,
kerusuhan dan bencana alam. Kebutuhan akan rasa aman berbeda dari kebutuhan
fisiologis karena kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi secara total. Manusia
tidak pernah dapat dilindungi sepenuhnya dari ancaman-ancaman meteor,
kebakaran, banjir atau perilaku berbahaya orang lain. Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku
sama seperti anak-anak yang tidak aman. Mereka akan bertingkah laku seakan-akan
selalu dalam keadaan terancam besar. Seseorang yang tidak aman memiliki
kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berelebihan serta akan
berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak
diharapkannya.
e. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan
paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan
untuk mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan-kebutuhan itu seperti
kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, seks, tidur dan oksigen.
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar dan besar bagi semua
pemenuhan kebutuhan di atasnya. Manusia
yang lapar akan selalu termotivasi untuk makan, bukan untuk mencari teman atau
dihargai. Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain
sampai kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan. Di masyarakat yang sudah mapan,
kebutuhan untuk memuaskan rasa lapar adalah sebuah gaya hidup. Mereka biasanya
sudah memiliki cukup makanan, tetapi ketika mereka berkata lapar maka yang
sebenarnya mereka pikirkan adalah citarasa makanan yang hendak dipilih, bukan
rasa lapar yang dirasakannya. Seseorang yang sungguh-sungguh lapar tidak akan
terlalu peduli dengan rasa, bau, temperatur ataupun tekstur makanan.
Kebutuhan
fisiologis berbeda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal. Pertama,
kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang bisa terpuaskan
sepenuhnya atau minimal bisa diatasi. Manusia dapat merasakan cukup dalam
aktivitas makan sehingga pada titik ini, daya penggerak untuk makan akan
hilang. Bagi seseorang yang baru saja menyelesaikan sebuah santapan besar, dan
kemudian membayangkan sebuah makanan lagi sudah cukup untuk membuatnya mual.
Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat pengulangannya.
Setelah manusia makan, mereka akhirnya akan menjadi lapar lagi dan akan terus
menerus mencari makanan dan air lagi. Sementara kebutuhan di tingkatan yang
lebih tinggi tidak terus menerus muncul. Sebagai contoh, seseorang yang minimal
terpenuhi sebagian kebutuhan mereka untuk dicintai dan dihargai akan tetap
merasa yakin bahwa mereka dapat mempertahankan pemenuhan terhadap kebutuhan
tersebut tanpa harus mencari-carinya lagi.
2.4 Perkembangan Fisik dan Perkembangan Psikomotorik
Remaja
1.
Perkembangan
Fisik
Perkembangan
fisik atau pertumbuhan biologis merpakan salah satu aspek penting dari
perkembangan individu. Pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang
terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja.
Fisik
atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan.
Semua organ ini terbentuk pada periode pranatal (dalam kandungan). Berkaitan
dengan perkembangan fisik ini Kuhlen dan Thompson mengemukakan bahwa
perkembangan fisik meliputi empat aspek, yaitu:
1. Sistem
syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi.
2. Otot-otot
yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan perkembangan motorik.
3. Kelenjar
endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada
usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan yang
sebagian anggotanya terdiri dari lawan jenis.
4. Stuktur
fisik/tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.
Menurut
Seifert dan Hoffnung (1994), perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan
dalam tubuh, seperti : pertumbuhan otak, sistem saraf, organ-organ indrawi,
pertambahan tinggi dan berat, hormon, dan lain-lain), dan perubahan-perubahan
dalam cara individu dalam menggunakan tubuhnya (seperti perkembangan
keterampilan motorik dan perkembangan seksual), serta perubahan dalam kemampuan
fisik (seperti penurunan fungsi jantung, penglihatan dan sebagainya).
Teori
perkembangan fisik di kemukakan oleh Gasell dan Ames (1940) Sella Illingsworth
(1983) perkembangan fisik mencakup berat badan, tinggi badan, termasuk
perkembangan motorik. Dalam pendidikan pengembanagn anak mencakup: kekuatan,
ketahanan, kecepatan, dan keseimbangan.
1. Perkembangan peserta didik pada anak
usia dini mengikuti delapan pola umum sebagai berikut:
2. Contynuity (keberlanjutan),
yakni perkembangan dari yang sederhada ke arah yang kompleks sejalan dengan
bertambahnya usia anak.
3. Uniform squence (kesamaan
tahapan), yakni perkembangan yang memiliki tahapan sama untuk semua anak,
meskipun kecepatan anak untuk mencapai tahapan berbeda.
4. Maturity (kematangan), yakni
suatu perkembangan yang ada peserta didik yang di pengaruhi oleh perkembangan
sel syaraf.
5. From general to specific
process(proses dari umum ke khusus), yakni suatu perkembangan yang di mualai
dari gerak yang bersifat umum kepada gerak yang bersifat khusus. Dari gerak
reflek bawaan ke arah terkoordinasi, yakni suatu perkembangan yang dimiliki
peserta didik yang dimulai dari gerak reflek bawaan semenjak lahir ke aneka
gerak yang terkoordinasi dan bertujuan.
6. Chepalo caudal direction ,yakni
suatu perkembangan yang di tandai dengan bagian yang mendekati kepala
berkembang lebih cepat dari bagian yang mendekati ekor.
7. Proximo distal, yaitu perkembangan
yang di tandai dengan bagian yang mendekati bagian sumbu tubuh berkembang
terlebih dahulu di banding yang lebih jauh.
8. From bilateral to crosslateral
coordinate, yakni perkembangan yang di mulai dri koordinasi yang sama
berkembang terlebih dahulu sebelum bisa melakukan koordinasi dengan orang
bersilang.
Menurut Muss yang dikutip oleh Sarlito Wirawan
(Sarlito, 1991: 51), urutan perubahan-perubahan fisik adalah:
1) Pada
anak perempuan:
·
Pertumbuhan
tulang-tulang (badan menjadi tinggi, dan anggota-anggota badan menjadi
panjang). Pertumbuhan payudara.
·
Tumbuh bulu halus
berwarna gelap di kemaluan.
·
Mencapai pertumbuhan
ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya.
·
Bulu kemaluan menjadi
keriting.
·
atau haid.
·
Tumbuh bulu-bulu
ketiak.
2) Pada
anak laki-laki:
·
Pertumbuhan
tulang-tulang.
·
Testis (buah pelir)
membesar.
·
Tumbuh bulu kemaluan
yang halus, lurus, dan berwarna gelap.
·
Awal perubahan suara.
·
Ejakulasi.
·
Bulu kemaluan menjadi
keriting.
·
Pertumbuhan tinggi
badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya.
·
Tumbuh rambut-rambut
halus di wajah.
·
Tumbuh bulu ketiak.
·
Akhir perubahan suara.
·
Rambut-rambut diwajah
bertambah tebal dan gelap.
·
Tumbuh bulu di dada.
Bagi anak-anak
usia sekolah dan remaja, pertumbuhan dan perkembangan fisik yang optimal adalah
sangat penting, sebab pertumbuhan/ perkembangan fisik anak secara langsung atau
tidak langsung akan mempengaruhi perilakunya sehari-hari. Secara langsung,
pertumbuhan fisik akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Secara
tidak langsung, pertumbuhan/ perkembangan fisik akan mempengaruhi cara anak
memandang dirinya sendiri dan orang lain.
a. Karakteristik
Perkembangan Fisik Peserta Didik
Dilihat
dari segi pertumbuhan dan perkembangan fisik, pada usia sekolah dasar merupakan
periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi
perubahan-perubahan pubertas, kira-kira dua tahun menjelang anak menjadi matang
secara seksual pada saat mana pertumbuhan berkembang pesat. Masa ini sering
juga disebut sebagai “periode tenang” sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa
remaja.
Hal
ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik
yang berarti.
1.
Karakteristik perkembangan fisik pada masa kanak-kanak (0-5
tahun)
Perkembangan
kemampuan fisik pada anak kecil ditandai dengan mulai mampu melakukan bermacam macam gerakan dasar yang semakin baik,
yaitu gerakan gerakan berjalan, berlari, melompat, meloncat, berjingkrak,
melempar, menangkap, yang berhubungan dengan kekuatan yang lebih basar sebagai
akibat pertumbuhan jaringan otot lebih besar. Selain
itu, perkembangan juga ditandai dengan pertumbuhan panjang kaki dan
tangan secara proporsional. Perkembagan fisik pada masa anak juga ditandai dengan koordinasi gerak dan keseimbangan
berkembang dengan baik.
2.
Karakteristik perkembangan fisik pada masa anak (5-11)
Perkembangan
waktu reaksi lebih lambat dibanding masa kanak-kanak, koordinasi mata
berkembang dengan baik, masih belum mengembangkan otot otot kecil, kesehatan
umum relative tidak stabil dan mudah sakit, rentan dan daya tahan kurang.
·
Usia 8-9 tahun Terjadi perbaikan koordinasi tubuh, ketahanan
tubuh bertambah, anak laki laki cenderung aktifitas yang ada kontak fisik
seperti berkelahi dan bergulat, koordinasi mata dan tangan lebih baik, sistem
peredaran darah masih belum kuat, koordinasi otot dan syaraf masih kurang baik.
Dalam segi psikologi anak wanita lebih maju
satu tahun dari lelaki.
·
Usia 10-11 tahun Kekuatan
anak laki laki lebih kuat dari wanita, kenaikan tekanan darah dan metabolism
yang tajam. Wanita mulai mengalami kematangan seksual (12 tahun). Lelaki hanya 5% yang mencapai kematangan
seksual.
3.
Perkembangan fisik pada masa remaja
Perkembangan
fisik yang paling menonjol yaitu perkembangan kekuatan, ketahanan, dan organ
seksual pada masa remaja. Karakteristik perkembangan fisik pada masa remaja
ditandai dengan pertumbuhan berat dan tinggi badan yang cepat, pertumbuhan
tanda-tanda seksual primer (kelenjar-kelenjar dan alat-alat kelamin) maupun
tanda-tanda seksual sekunder (tumbuh payudara, haid, kumis, dan mimpi basah,
dan lain sebagainya), timbulnya hasrat seksual yang tinggi (masa puberitas).
4.
Karakteristik perkembangan fisik pada
masa dewasa
Kemampuan
fisik pada masa dewasa pada setiap individu menjasdi sangat bervariasi seiring
dengan pertumbuhan fisik. Laki-laki cenderung lebih baik kemampuan fisiknya dan
gerakannya lebih terampil. Pertumbuhan ukuran tubuh yang proposianal memberikan
kemampuan fisik yang kuat. Pada masa dewasa pertumbuhan mecapai titik maksimal.
Pertumbuhan fisik mulai terhenti sehingga hasil dari pertumbuhan ini menentukan
kemampuan fisik pada masa ini.
2.
Perkembangan Psikomotorik
Perilaku motorik memerlukan adanya koordinasi fungsional
antara neuromuscular system (persyaratan dan otot) dan fungsi psikis (kognitif,
efektif, dan konatit).
Loree
menyatakan bahwa ada dua macam perilaku psikomotorik utama yang bersifat
universal harus dikuasi oleh setiap individu pada masa bayi atau awal masa
kanak-kanaknya ialah berjalan dan memegang benda. Kedua jenis psikomotorik ini merupakan basis
bagi perkembangan keterampilan yang lebih kompleks seperti yang kita kenal
dengan sebutan bermain dan bekerja.
a.
Karakteristik Perkembangan
Psikomotorik Peserta Didik
Karakteristik
perkembangan psikomotorik ditandai dengan berkembangnya rasa ingin tahu,
terutama yang berkaitan dengan sex, ilmu pengetahuan, nilai-nilai moral
keyakinan beragama pandangan moral individu makin lama makin menjadi lebih
abstrak, keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa
yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan, penilaian
moral menjadi semakin kognitif, dan penilaian moral kurang egoistik.
1. Karakteristik perkembangan
psikomotorik pada kanak-kanak.
·
Usia 3 tahun, tidak dapat berhenti dan berputar secara
tiba-tiba atau secara cepat, dapat melompat 15-24 inchi, dapat menaiki tangga
tanpa bantuan, dengan berganti kaki dapat berjingkrak.
·
Usia 4 tahun, lebih efektif mengontrol gerakan berhenti,
memulai, dan berputar, dengan melompat 24-33inchi, dapat menuruni tangga,
dengan berganti kaki dengan bantuan, dapat melakukan jingkrak 4 sampai 6
langkah dengan satu kaki.
·
Usia 5 tahun, dapat melakukan gerakan start, berputar, atau
berhenti secara efektif, dapat melompat 28-36 inchi, dapat menuruni tangga
tanpa bantuan,berganti kaki, dapat melakukan jingkrak dengan mudah.
2. Karakteristik perkembangan
psikomotorik pada masa anak.
Pada masa anak perkembangan
keterampilan dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu:
·
Keterampilan menolong diri sendri
·
Keterampilan menolong orang lain
·
Keterampilan sekolah
·
Keterampilan bermain
3. Karakteristik perkembangan
psikomotorik pada remaja
Keterampilan psikomotorik berkembang
sejalan dengan pertumbuhan ukuran tubuh, kemampuan fisik, dan perubahan
fisiologi. Pada masa ini, laki-laki mengalami perkembngan psikomotorik yang
lebih pesat dibandingkan dengan perempuan. Kemampuan psikomotorik laki-laki
cenderung terus meningkat dalam hal kekuatan, kelincahan, dan daya tahan.
Secara umum, perkembangan psikomotorik pada perempuan terhenti setelah
mengalami menstruasi. Oleh karena itu, kemampuan psikomotorik laki-laki lebih
tinggi dari perempuan.
4.
Karakteristik perkembangan psikomotorik pada masa dewasa.
Pada
usia dewasa keterampilan dalam hal tertentu masih dapat ditingkatkan. Puncak
dari perkembangan psikomotorik terjadi pada masa ini. Latihan merupakan hal
penentu dalam perkembanagn psikomotorik. Melalui latihan yang teratur dan
terprogram, keterampilan yang maksimal akan dapat ditingkatkan dan
dipertahankan. Karakteristik perkembangan psikomotorik ditandai dengan
peningkatan keterampilan dalam bidang tertentu. Semua sistem gerak dan
koordinasi dapat berjalan dengan baik.
b.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Psikomotorik
Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung peningkatan
potensi kemampuan psikomotorik peserta didik adalah sebagai berikut:
1. Faktor pola asuh orang tua
Pola
asuh orang tua adalah sebuah faktor penghambat psikomotorik peserta didik.
Disaat pola asuh orang tua terlalu otoriter ataupun terlalu memaksa, karena
karakteristik seorang anak sangat sensitif ditambah setiap anak tidak dapat
secara langsung diobtimalkan secara cepat dengan kata lain memaksakan kemampuan
dengan waktu yang singkat. Apa bila orang tua memaksakan peningkatan potensi
perkembangan psikomotorik anak kebanyakan malah menyebabkan gangguan mental
pada anak tersebut, biasanya anak akan cenderung merasa canggung, merasa serba
salah, tidak percaya pada diri sendri dan merasa tertekan.
2. Gen dari orang tua
Gen
dari orang tua juga bisa menjadi penghambat dalam upaya meningkatkan kemampuan
psikomotorik anak, apabila orang tua mempunyai pembawaan sifat gen yang unggul
maka dalam mengembangkan potensi kemampuan psikomotorik anak pun juga akan
lancar, begitupun sebaliknya.
3. Pengaruh lingkungan
Pengaruh
lingkungan ini bisa berasal dari keluarga, sekolah maupun lingkungan bermain.
4. Interior ruang belajar
Preiser
dalam Laurens(2004:1) menjelaskan bahwa kebiyasaan mental dan sikap perilaku
seseorang dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya. Adapun lingkungan fisik
tersebut antara lain berupa kondisi fisik tersebut antara lain berupa kondisi
fisik hunia (bangunan), ruang (interior) beserta segala perabotannya, dan
sebagainya.
2.5 Implikasi
Perkembangan Fisik dan Psikomotorik dalam Pendidikan.
Pemahaman terhadap perkembangan fisik dan psikomotorik dapan
memberikan manfaat yang besar dalam pendidikan. Implikasinya terhadap
pendidikan berkaitan dengan perencanaan pendidikan. Pemahaman terhadap
perkembangan ini, berguna untuk para pendidik dalam menyusun materi pendidikan
yang sesuai dengan perkembangan peserta didiknya. Dengan begitu upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih efektif dan efisien dapat berjalan
dengan cepat.
Implikasi dari dua perkembangan tersebut terhadap pendidikan
adalah membimbing remaja dalam tugas perkembangan masa remaja, yaitu:
1.
Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya.
2. Mencapai peran sosial sebagai pria
atau wanita.
3. Menerima keadaan fisik dan
menggunakannya secara efektif.
4. Mencapai kemandirian emosional dari
orang tua dan orang dewasa lainnya.
5. Mencapai kemandirian ekonomi
6. Mengembangkan keterampilan
intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara.
7. Memilih dan mempersiapkan karier
atau mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.
8.
Mencapai perilaku yang bertanggung jawab secara
sosial.memperoleh seperangkat nilai sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing
dalam berperilaku.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Perkembangan
ontogeni ialah perkembangan yang terjadi pada suatu individu mulai dari pertama
kali terbentuk yakni zigot (sebagai hasil fertilisasi), lalu berkembang menjadi
embrio, fetus, lahir, pubertas, dewasa lalu mati. Serta dalam biologi, filogeni atau filogenesis adalah
kajian mengenai hubungan di antara kelompok-kelompok organisme yang dikaitkan
dengan proses evolusi yang dianggap mendasarinya.
Dalam teori hirarki kebutuhan dapat disimpulan bahwa
beberapa kebutuhan lebih diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan yang lain..
Kebutuhan-kebutuhan ini sering disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan
dasar yang digambarkan sebagai sebuah hierarki atau tangga yang menggambarkan tingkat
kebutuhan. Terdapat lima tingkat kebutuhan dasar, yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri
Maslow memberi hipotesis bahwa
setelah individu memuaskan kebutuhan pada tingkat paling bawah, individu akan
memuaskan kebutuhan pada tingkat yang berikutnya. Jika pada tingkat tertinggi
tetapi kebutuhan dasar tidak terpuaskan, maka individu dapat kembali pada
tingkat kebutuhan yang sebelumnya.
Perkembangan
fisik atau pertumbuhan biologis merpakan salah satu aspek penting dari
perkembangan individu. Pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang
terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan yang paling dirasakan
oleh remaja pertama kali adalah perubahan fisik. Terjadi pubertas yaitu proses
perubahan yang bertahap dalam internal
dan eksternal tubuh anak-anak menjadi dewas.
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik
yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang
penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya dapat
menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga perkembangan
fisik yang tidak proporsional.
Pada
usia remaja kegiatan motorik sudah tertuju pada persiapan-persiapan
kerja,keterampilan menulis, mengetik, menjahit dan sebagainya sangat tepat
saatnya mulai dikembangkan.
Perubahan
yang terjadi pada fisik maupun psikologisnya menuntut anak untuk menyesuaikan
dri dalam lingkungan dan tantangan hidup yang ada dihadapannya. Dalam
perkembangan fisik dan psikomotorik diharapkan para orang tua dan pendidik
dapat mengawasi dan mengontrol anak-anaknya supaya tidak terjadi perilaku-perilaku
menyimpang.
3.2 Saran
Bagi pendidik
perlu memahami perkembangan fisik dan psikomotorik peserta didik guna memfasilitasi peserta didik
agar dapat berkembang secara optimal. Semoga makalah ini dapat dijadikan salah satu referensi
dalam pembelajaran Perkembangan Fisik dan Psikomotorik Peserta Didik.
DAFTAR
PUSTAKA
diakses
pada 6 Oktober 2011
Nuryani, Pramono Shidiq, Subardi,
2009. Biologi 3 untuk Kelas XII SMA dan MA. Jakarta :
CV.
Usaha Makmur
Desmita. 2009. Psikologi
Perkembangan Peserta Didik. Batu sangkar: PT Remaja Rosdakarya.
Bima: STKIP Bima. LT Bangsawan. (2008). Perkembangan Peserta
Didik. Bandung: CV.
Citra Praya.
Kuntjojo. (2010). Materi Kuliah Perkembangan Peserta Didik. Kediri: Universitas
Nusantara Kediri.
Siswoyo, Dwi. (2013). Ilmu
Pendidikan. Yogyakarta: Uny Press.
Jafarr, Nurhaedar. (2005). Pertumbuhan Remaja. Makasar:
Universitas Hasanuddin